Rasa Marah, adalah suatu sikap emosional yang muncul akibat reaksi
yang terjadi secara spontan. Orang yang sering menunjukkan sikap emosional,
mudah tersinggung dan menunjukkan sikap marah akan sulit diterima oleh
lingkungannya. Ini akan mempengaruhi kemampuan untuk beradaptasi.
Emosi merupakan salah satu hasil kerja
dari sinergi unsur fisik dan psikis. Menurut Walgito (2004) emosi merupakan
keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu (khusus), dan emosi cenderung
terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkir (avoidance)
terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi
kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengatahui bahwa seseorang sedang
mengalami emosi. Emosi mempunyai bentuk yang
berbeda-beda, misalnya senang, sedih, marah, takut atau gejala-gejala lain yang
merupakan respon dari bekerjanya indera manusia.
Salah satu emosi yang sering muncul dalam diri
kita adalah emosi marah (ghadab).
Marah merupakan salah satu satu fitrah manusia yang muncul ketika kebutuhan (needs) dan motif (motive) mereka terhalangi atau terhambat untuk dipenuhi. Menurut
Musfir Bin Zaid Az-Zahrani (2005) Marah adalah suatu bentuk emosi yang bersifat
fitrah atau bawaan yang memegang peranan penting dalam kehidupanmanusia. Marah
pada umumnya muncul karena adanya kekangan yang muncul dalam usaha pemenuhan
kebutuhan dasar manusia. Di saat seseorang marah, pada saat itulah kekuatannya
bertamnah untuk dapat menghadapi semua masalah yang menghalangi jalannya. Pada
saat itulah ia mulai mempertahankan haknya dan mengalahkan segala yang
mengekang tujuan hidupnya.
Apa
yang menjadi pemicu rasa marah tersebut? Pemicu marah yang paling umum
(universal) adalah adanya perasaan berbahaya. Ancaman yang dimaksud bukan saja
berupa ancaman fisik langsung, melainkan seperti yang sering terjadi, yaitu
berupa ancaman simbolik yang menyinggung harga diri atau martabat, misalnya
diperlakukan tidak adil, dikasari, dicacimaki, diremehkan, atau frustrasi
setelah mengejar target penting. Dengan kata lain marah timbul karena
batas-batas emosi yang kita miliki telah terganggu atau terancam. Menurut Al-Ghazali (dalam Mujib, 2007)
penyakit marah (ghadab) disebabkan
oleh dominasi unsur api atau panas (al-harȃrah),
yang mana unsur tersebut melumpuhkan peran unsur kelembaban atau basah (al-ruthȗbah) dalam diri manusia. Hal ini
telah disabdakan oleh Rasulallah SAW. bahwa “Sesungguhnya marah itu bara api yang dapat membakar lambung anak Adam.
Ingatlah bahwa sebaik-baik orang adalah orang yang melambatkan (menahan) amarah
dan mempercepat keridhaan dan sejelek-jelek orang adalah orang yang mempercepat
amarah dan melambatkan ridha”. (HR. Ahmad dari Abu Sa’id al-Khudriy).
Rasa
marah menjadi suatu perasaan yang dominan secara
perilaku,
kognitif,
maupun
fisiologi
sewaktu seseorang membuat pilihan sadar untuk mengambil tindakan untuk
menghentikan secara langsung
ancaman dari pihak luar. Ekspresi luar dari kemarahan dapat
ditemukan dalam bentuk
raut muka,
bahasa tubuh,
respons
psikologis,
dan kadang-kadang tindakan agresi public. Perasaan marah sangat datang kepada
diri kita sebagai ekspresi dari sikap penolakan kita terhadap apa yang terjadi.
Para ahli psikologi modern memandang kemarahan sebagai suatu emosi primer,
alami, dan matang yang dialami oleh semua manusia pada suatu waktu, dan
merupakan sesuatu yang memiliki nilai fungsional untuk kelangsungan hidup.
Kemarahan dapat memobilisasi kemampuan psikologis untuk tindakan korektif.
Namun, kemarahan yang tak terkendali dapat berdampak negatif terhadap
kualitas
hidup pribadi dan sosial.
MENGENDALIKAN RASA MARAH
Kemarahan bukan perasaan yang harus
dibuang karena dianggap tidak berguna. Namun, karena dampak rasa marah ini
dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, maka, perasaan marah ini harus
dapat dikendalikan dengan baik. Berikut
cara bijak mengendalikan rasa marah;
- Gunakan
kalimat pelindung; amarah dapat dikendalikan
dengan kalimat berdoa meminta pertolongan dari Allah atas panasnya api
yang membakar diri. Rasulullah Muhammad SAW, bersabda, "Ada kalimat
kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu
"A'uudzu billah mina-syaithaani-r-rajiim" "Aku berlindung
kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk" (H.R. Bukhari
Muslim).
- Lakukan
gerakan pengendalian diri ; Ketika marah,
anda sedang berdiri atau berjalan, maka duduklah. Bila sedang berbicara keras dan kasar, maka diamlah, bila belum dapat berkurang
rasa marahnya, maka berwudhulah.
Rasulullah bersabda "Kemarahan
itu itu dari syetan, sedangkan syetan tercipta dari api, api hanya bisa
padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudlulah" (H.R. Abud
Dawud). Dan bila belum pulih benar, maka bersujudlah, bersujud, artinya shalat sunnah mininal dua
rakaat. Dalam sebuahhadist dikatakan "Ketahuilah, sesungguhnya marah
itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua
matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang
mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah
(sujud)." (H.R. Tirmidzi)
- Mengidentifikasi
solusi yang mungkin; mencari penyebab kemarahan
dan berusaha mengatasinya. Meluapkan kemarahan pada tulisan sangat
dianjurkan, tulis kemarahan Anda pada lembaran kertas, luapkan kekesalan
anda, rasa jengkel dan tidak puas terhadap suatu persoalan, lalu simpan
beberapa saat. Setelah emosi Anda reda, buka kembali tulisan dan
membacanya. Apakah masih relevan? Kadang kita tersenyum menertawakan emosi
yang meluap ketika marah.
- Fokuskan
pada “saya” dan bukan “Anda”; Untuk menghindari
mengkritik atau menyalahkan orang lain--yang mungkin hanya meningkatkan
ketegangan, gunakan pernyataan "saya" untuk menggambarkan
masalah. Sebagai contoh, katakanlah, "Saya marah karena kamu
meninggalkan meja tanpa menawarkan untuk membantu membereskan
piring," bukan, "Kamu tidak pernah melakukan pekerjaan rumah
tangga."
- Jangan menyimpan
dendam; Memaafkan adalah alat yang
ampuh untuk mendamaikan hati. Jika Anda membiarkan kemarahan dan perasaan
negatif lainnya menutupi perasaan positif, Anda mungkin menemukan diri
Anda ditelan oleh kepahitan sendiri atau rasa ketidakadilan. Tapi, jika
Anda dapat memaafkan seseorang yang membuat Anda marah, Anda mungkin
belajar lebih baik dari situasi. Tidak realistis untuk mengharapkan semua
orang untuk berperilaku persis seperti yang Anda inginkan setiap saat.
- Gunakan humor untuk
melepaskan ketegangan; Humor
ringan dapat membantu mengatasi ketegangan. Jangan gunakan sarkasme karena
bagaimanapun bisa melukai perasaan orang lain dan membuat hal-hal buruk terjadi.
- Lakukan relaksasi ; Ketika
marah, cobalah lakukan relaksasi. Praktek latihan pernapasan, membayangkan
adegan santai, atau mengulangi kata atau frase yang menenangkan, seperti,
"Tenang saja" sangat membantu. Anda juga bisa menyingkir sejenak
untuk mendengarkan musik, menulis, atau melakukan yoga atau apa pun yang
diperlukan untuk mendorong relaksasi.
- Tahu kapan untuk mencari bantuan;
Belajar
mengendalikan amarah adalah tantangan bagi semua orang. Pertimbangkan
untuk mencari bantuan jika kemarahan Anda tampaknya di luar kendali,
menyebabkan Anda melakukan hal-hal yang Anda sesali di kemudian hari atau
membuat sakit orang-orang di sekitar Anda. Dengan bantuan profesional,
Anda dapat mempelajari apa itu kemarahan; mengidentifikasi apa yang memicu
kemarahan Anda; mengenali tanda-tanda bahwa Anda bakal marah; belajar
untuk menanggapi frustrasi dan kemarahan dengan cara terkontrol dan sehat;
serta menjelajahi perasaan yang mendasarinya, seperti kesedihan atau
depresi.
Demikianlah, semoga bermanfaat