Komunitas blogger

Komunitas blogger
Samarinda

Kamis, 09 Juni 2016

4 Hal yang Wajib Diketahui Orangtua Dalam Membangun Konsep Diri Anak

Anak-anak dengan konsep diri negatif memiliki sikap "tidak bisa melakukan". Maksudnya tidak memiliki kepercayaan diri untuk melakukan sesuatu karena mindset “tidak bisa” sudah melekat di pikirannya. Mereka menjadi lebih mudah frustrasi dan menyerah pada tugas-tugas yang sulit. Anak-anak ini mungkin menunjukkan masalah perilaku jika "nakal" atau "buruk" adalah bagian dari konsep diri mereka. Apa yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu anak-anak mereka mengembangkan konsep diri yang positif?, Feed Burner (2012), dalam artikel Membangun Konsep diri Positif, mengatakan ada 4 tindakan yang harus dilakukan orang tua;
  1. Sadar Bahasa ; Jadilah sadar bahasa untuk menggambarkan anak-anak Anda. Jangan label mereka dengan kata-kata seperti 'malas', 'nakal', 'agresif', atau 'bodoh.' Sebaliknya, mencari dan menunjukkan kekuatan anak Anda.
  2. Kesempatan untuk sukses. Berikan anak Anda sesuai dengan usianya untuk dapat menyelesaikan tugas sendiri. Setelah melakukannya akan memberinya rasa bangga dan membantu membangun mentalitas "bisa melakukan" dalam membangun konsep diri positif.
  3. Berikan Contoh tentang Kebaikan ; Ini adalah masalah pilihan bahasa. Misalnya, jika anak Anda, frustrasi, memukul anak lain, Anda mungkin berkata, "Kamu gadis nakal Bagaimana kau bisa begitu berarti! Aku tidak percaya kau memukulnya!! Anda berada dalam masalah besar!" Atau, Anda bisa mengatakan, "Kamu menjadi frustrasi dan memukulnya. Ini tidak ok untuk memukul. Aku tahu kau tidak bermaksud menyakitinya Bagaimana Anda bisa mengekspresikan frustrasi Anda dengan cara yang berbeda? Apakah Anda ingin bola stres untuk memeras.? " Mana yang menurut Anda mengarah ke positif konsep diri?
  4. Belajar dari Kegagalan; Kegagalan juga merupakan alat pembelajaran bagi anak-anak, dan orang tua tidak perlu melindungi mereka dari semua kegagalan. Bahkan, anak-anak dengan konsep diri positif yang mengalami kegagalan, mereka dapat menerima kesalahan atau kelemahan karena mereka tahu bahwa mereka kompeten.

Cara AMPUH Mengatasi Rasa Marah

Rasa Marah, adalah suatu sikap emosional yang muncul akibat reaksi yang terjadi secara spontan. Orang yang sering menunjukkan sikap emosional, mudah tersinggung dan menunjukkan sikap marah akan sulit diterima oleh lingkungannya. Ini akan mempengaruhi kemampuan untuk beradaptasi.
            Emosi merupakan salah satu hasil kerja dari sinergi unsur fisik dan psikis. Menurut Walgito (2004) emosi merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu (khusus), dan emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkir (avoidance) terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengatahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi.  Emosi mempunyai bentuk yang berbeda-beda, misalnya senang, sedih, marah, takut atau gejala-gejala lain yang merupakan respon dari bekerjanya indera manusia.
             Salah satu emosi yang sering muncul dalam diri kita adalah emosi marah (ghadab). Marah merupakan salah satu satu fitrah manusia yang muncul ketika kebutuhan (needs) dan motif (motive) mereka terhalangi atau terhambat untuk dipenuhi. Menurut Musfir Bin Zaid Az-Zahrani (2005) Marah adalah suatu bentuk emosi yang bersifat fitrah atau bawaan yang memegang peranan penting dalam kehidupanmanusia. Marah pada umumnya muncul karena adanya kekangan yang muncul dalam usaha pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Di saat seseorang marah, pada saat itulah kekuatannya bertamnah untuk dapat menghadapi semua masalah yang menghalangi jalannya. Pada saat itulah ia mulai mempertahankan haknya dan mengalahkan segala yang mengekang tujuan hidupnya.
            Apa yang menjadi pemicu rasa marah tersebut? Pemicu marah yang paling umum (universal) adalah adanya perasaan berbahaya. Ancaman yang dimaksud bukan saja berupa ancaman fisik langsung, melainkan seperti yang sering terjadi, yaitu berupa ancaman simbolik yang menyinggung harga diri atau martabat, misalnya diperlakukan tidak adil, dikasari, dicacimaki, diremehkan, atau frustrasi setelah mengejar target penting. Dengan kata lain marah timbul karena batas-batas emosi yang kita miliki telah terganggu atau terancam. Menurut Al-Ghazali (dalam Mujib, 2007) penyakit marah (ghadab) disebabkan oleh dominasi unsur api atau panas (al-harȃrah), yang mana unsur tersebut melumpuhkan peran unsur kelembaban atau basah (al-ruthȗbah) dalam diri manusia. Hal ini telah disabdakan oleh Rasulallah SAW. bahwa “Sesungguhnya marah itu bara api yang dapat membakar lambung anak Adam. Ingatlah bahwa sebaik-baik orang adalah orang yang melambatkan (menahan) amarah dan mempercepat keridhaan dan sejelek-jelek orang adalah orang yang mempercepat amarah dan melambatkan ridha”. (HR. Ahmad dari Abu Sa’id al-Khudriy).
            Rasa marah menjadi suatu perasaan yang dominan secara perilaku, kognitif, maupun fisiologi sewaktu seseorang membuat pilihan sadar untuk mengambil tindakan untuk menghentikan secara langsung ancaman dari pihak luar. Ekspresi luar dari kemarahan dapat ditemukan dalam bentuk raut muka, bahasa tubuh, respons psikologis, dan kadang-kadang tindakan agresi public. Perasaan marah sangat datang kepada diri kita sebagai ekspresi dari sikap penolakan kita terhadap apa yang terjadi. Para ahli psikologi modern memandang kemarahan sebagai suatu emosi primer, alami, dan matang yang dialami oleh semua manusia pada suatu waktu, dan merupakan sesuatu yang memiliki nilai fungsional untuk kelangsungan hidup. Kemarahan dapat memobilisasi kemampuan psikologis untuk tindakan korektif. Namun, kemarahan yang tak terkendali dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup pribadi dan sosial.


MENGENDALIKAN RASA MARAH
Kemarahan bukan perasaan yang harus dibuang karena dianggap tidak berguna. Namun, karena dampak rasa marah ini dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, maka, perasaan marah ini harus dapat dikendalikan dengan baik.  Berikut cara bijak mengendalikan rasa marah;
  • Gunakan kalimat pelindung; amarah dapat dikendalikan dengan kalimat berdoa meminta pertolongan dari Allah atas panasnya api yang membakar diri. Rasulullah Muhammad SAW, bersabda, "Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu "A'uudzu billah mina-syaithaani-r-rajiim" "Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk" (H.R. Bukhari Muslim).
  • Lakukan gerakan pengendalian diri ; Ketika marah, anda sedang berdiri atau berjalan, maka duduklah. Bila sedang berbicara keras dan kasar, maka diamlah, bila belum dapat berkurang rasa marahnya, maka berwudhulah.  Rasulullah bersabda "Kemarahan itu itu dari syetan, sedangkan syetan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudlulah" (H.R. Abud Dawud). Dan bila belum pulih benar, maka bersujudlah, bersujud, artinya shalat sunnah mininal dua rakaat. Dalam sebuahhadist dikatakan "Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud)." (H.R. Tirmidzi)
  • Mengidentifikasi solusi yang mungkin; mencari penyebab kemarahan dan berusaha mengatasinya. Meluapkan kemarahan pada tulisan sangat dianjurkan, tulis kemarahan Anda pada lembaran kertas, luapkan kekesalan anda, rasa jengkel dan tidak puas terhadap suatu persoalan, lalu simpan beberapa saat. Setelah emosi Anda reda, buka kembali tulisan dan membacanya. Apakah masih relevan? Kadang kita tersenyum menertawakan emosi yang meluap ketika marah.
  • Fokuskan pada “saya” dan bukan “Anda”; Untuk menghindari mengkritik atau menyalahkan orang lain--yang mungkin hanya meningkatkan ketegangan, gunakan pernyataan "saya" untuk menggambarkan masalah. Sebagai contoh, katakanlah, "Saya marah karena kamu meninggalkan meja tanpa menawarkan untuk membantu membereskan piring," bukan, "Kamu tidak pernah melakukan pekerjaan rumah tangga."
  • Jangan menyimpan dendam;  Memaafkan adalah alat yang ampuh untuk mendamaikan hati. Jika Anda membiarkan kemarahan dan perasaan negatif lainnya menutupi perasaan positif, Anda mungkin menemukan diri Anda ditelan oleh kepahitan sendiri atau rasa ketidakadilan. Tapi, jika Anda dapat memaafkan seseorang yang membuat Anda marah, Anda mungkin belajar lebih baik dari situasi. Tidak realistis untuk mengharapkan semua orang untuk berperilaku persis seperti yang Anda inginkan setiap saat.
  •  Gunakan humor untuk melepaskan ketegangan;  Humor ringan dapat membantu mengatasi ketegangan. Jangan gunakan sarkasme karena bagaimanapun bisa melukai perasaan orang lain dan membuat hal-hal buruk terjadi.
  •  Lakukan relaksasi ; Ketika marah, cobalah lakukan relaksasi. Praktek latihan pernapasan, membayangkan adegan santai, atau mengulangi kata atau frase yang menenangkan, seperti, "Tenang saja" sangat membantu. Anda juga bisa menyingkir sejenak untuk mendengarkan musik, menulis, atau melakukan yoga atau apa pun yang diperlukan untuk mendorong relaksasi.
  •  Tahu kapan untuk mencari bantuan; Belajar mengendalikan amarah adalah tantangan bagi semua orang. Pertimbangkan untuk mencari bantuan jika kemarahan Anda tampaknya di luar kendali, menyebabkan Anda melakukan hal-hal yang Anda sesali di kemudian hari atau membuat sakit orang-orang di sekitar Anda. Dengan bantuan profesional, Anda dapat mempelajari apa itu kemarahan; mengidentifikasi apa yang memicu kemarahan Anda; mengenali tanda-tanda bahwa Anda bakal marah; belajar untuk menanggapi frustrasi dan kemarahan dengan cara terkontrol dan sehat; serta menjelajahi perasaan yang mendasarinya, seperti kesedihan atau depresi.
Demikianlah, semoga bermanfaat